Sebenarnya saya
belum benar-benar ahli dalam bidang analisis-menganalisis, apalagi puisi. Tapi saya
akan coba menganalisis salah satu puisi karya Rendra berjudul Mata Anjing. Kalau hasilnya kurang memuaskan, ya mohon dimaklumi.
Mata anjing penuh sinar nafsu
maling.
Bila malam jahat di langit penuh mata anjing.
Sorot mata penuh duga dan cedera
maksud-maksud dalam kedok dan kata bermakna dua.
Mata anjing muncul di malam tak terelakkan.
Mata anjing menatap dengan rahasia tanpa ungkapan.
Wahai, Gadis yang tak kucinta dan menangis berguling
dalam ciuman kulihat padamu dua sorot mata anjing.
Puisi Oleh: W.S. Rendra
Bila malam jahat di langit penuh mata anjing.
Sorot mata penuh duga dan cedera
maksud-maksud dalam kedok dan kata bermakna dua.
Mata anjing muncul di malam tak terelakkan.
Mata anjing menatap dengan rahasia tanpa ungkapan.
Wahai, Gadis yang tak kucinta dan menangis berguling
dalam ciuman kulihat padamu dua sorot mata anjing.
Puisi Oleh: W.S. Rendra
Ketidaklangsungan
Ekspresi Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang berisi
ekspresi seorang penyair. Ekspresi yang dikemukakan adalah ekspresi pikiran
atau gagasan atau perasaan yang tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi itu
menurut Riffaterre (1978:120) disebabkan oleh tiga hal, yakni: a) karena
penggantian arti (displacing of meaning); b) karena penyimpangan arti (distorting
of meaning); dan c) karena penciptaan arti (creating of meaning).
Berikut ini akan dijelaskan ketidaklangsungan ekspresi puisi dalam puisi Mata Anjing karya W.S Rendra.
- Penggantian Arti
Terjadinya penggantian arti ini karena
digunakannya bahasa kiasan di dalam karya sastra. Menurut Riffaterre dalam
Pradapo (1987: 212), pada umumnya kata-kata kiasan menggantikan arti sesuatu
yang lain, lebih-lebih metafora dan metonimi. Dalam puisi Mata Anjing karya W.S Rendra ini bahasa kias yang sering muncul
adalah metonimi. Adapun metonimi adalah bahasa
kias berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang
sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut.
Penggantian arti dalam puisi ini dapat langsung
dilihat pada baris pertama, bait pertama, Mata
anjing penuh sinar nafsu maling adalah metonimi yang bermakna seorang
laki-laki mata keranjang di dalam sorot matanya sangat terlihat nafsu ingin
mencuri (mengambil apa yang tidak seharusnya dia ambil). Mata anjing di sini
diumpamakan sebagai sorot mata laki-laki mata keranjang. Bila malam jahat di langit penuh mata anjing, bermakna pada saat
tengah malam lebih banyak lagi laki-laki mata keranjang yang muncul di setiap
tempat. Malam jahat dan langit juga merupakan metonimi, malam
jahat berarti tengah malam karena pada saat tengah malam telah banyak orang
yang tertidur sehingga kejahatan lebih banyak terjadi pada saat tengah malam.
Adapun langit itu menaungi seluruh dunia dan bermakna luas, sehingga dapat
dikatakan meliputi semua tempat. Sorot
mata penuh duga dan cedera bermakna orang-orang yang melihat mereka akan
dapat menduga dan mengerti bahwa akan mereka akan menorehkan sebuah luka lagi
(penderitaan). Maksud-maksud dalam kedok
dan kata bermakna dua berarti apa yang dilakukan dan dikatakan oleh para
laki-laki mata keranjang tersebut tidak dapat dipercayai.
Bait kedua, Mata anjing mencul di malam tak terelakkan ingin mengungkapkan
bahwa kehadiran para laki-laki mata keranjang tersebut idak dapat dihindari
ataupun dicegah. Mata anjing menatap
dengan rahasia tanpa ungkapan bermakna bahwa kita sudah dapat mengerti apa
yang diinginkan para laki-laki tersebut tanpa mereka ungkapkan secara
terang-terangan karena keinginan mereka itu terlihat jelas dalam sorot matanya.
Wahai, Gadis yang tak kucinta dan menangis berguling dalam
ciuman kulihat padamu dua sorot mata anjing, bermakna
para gadis-gadis yang bahkan yang tak dikenal, mereka menangis dengan penuh
penderitaan dalam dekapan para laki-laki mata keranjang yang hanya ingin
memuaskan nafsu mereka. Pada dua baris terakhir ini, pengarang ingin
memperingatkan para gadis yanga bahkan tak dikenalnya untuk berhati-hati dan
inilah cedera yang dimaksud oleh
pengarang pada baris ke tiga bait pertama dia atas.
2.
Penyimpangan Arti
Dikemukakan Riffaterre bahwa
penyimpangan arti terjadi bila dalam puisi ada ambiguitas, kontradiksi ataupun
nonsense. Ambiguitas adalah penafsiran bermacam-macam arti atau makna terhadap
suatu ungkapan atau kata. Kontradiksi adalah salah satu cara menyampaikan
maksud secara berlawanan atau kebalikannya (Pradopo, 1999:215). Nonsense adalah
kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti atau kata-kata yang
merupakan ciptaan penyair sendiri (Pradopo, 1999: 219). Dalam puisi Mata Anjing karya W.S Rendra sendiri
tidak terdapat penyimpangan arti.
3.
Penciptaan Arti
Penciptaan arti dipengaruhi oleh sajak
(rima), enjambemen, dan tipografi. Sajak (rima) adalah persamaan bunyi akhir
kata. Bunyi ini berulang secara terpola dan biasanya terdapat di akhir baris
saja, tetapi kadang-kadang terletak di awal atau di tengah baris. Enjambemen
adalah kata atau frasa atau baris puisi yang berfungsi ganda yakni
menghubungkan bagian yang mendahului dengan bagian yang mengikutinya. Artinya,
sebuah kelompok kata dipenggal, dan penggalannya dipindah ke baris berikutnya.
Tipografi merupakan aspek bentuk visual puisi yang berupa tata hubungan dan
tata baris. Tipografi kadang disebut sebagai susunan baris puisi dan ada pula
yang menyebutnya sebagai ukiran bentuk. Tipografi dalam puisi dipergunakan
untuk mendapatkan bentuk yang menarik supaya indah dipandang oleh pembaca.
Adapun dalam puisi Mata Anjing di
atas, penciptaan arti yang terjadi adalah sajak (rima) dan enjambemen.
Dalam puisi tersebut, Rendra menggunakan
sajak ab-ab. Hal ini selain sebagai keindahan namun juga sebagai penegas
kalimat sebelumnya. Kalimat ke dua lebih menegaskan kalimat pertama, kalimat ke
empat menegaskan kalimat ke tiga, dan bergitu seterusnya, kalimat genap
menjelaskan kalimat ganjil. Hal tersebut dapat digambarkan seperti pada baris
pertama dan kedua ini: Mata anjing penuh
sinar nafsu maling yang hadir pada malam jahat. Pada bait ke dua baris pertama
dan ke dua: Mata anjing muncul di malam
tak terelakkan dan menatap dengan rahasia tanpa ungkapan.
Enjamben yang terjadi ada pada kedua
baris terakhir:
Wahai, Gadis yang tak kucinta dan
menangis berguling
dalam ciuman kulihat padamu dua sorot mata anjing.
baris terakhir menjelaskan baris di atasnya.
dalam ciuman kulihat padamu dua sorot mata anjing.
baris terakhir menjelaskan baris di atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar