Jumat, 22 Juni 2012

Sinopsis Manusia-Manusia Perbatasan karya Fahmii Syarif


Drama Manusia-Manusia Perbatasan berlokasi di tiga tempat, yaitu Lili’ Riawa, Lili’ Ritennga, dan Lili Riase’. Di Lili’Riawa Bunda sedang menenun sepotong kain, namun tenunannya selalu putus. Kedua anak Buda Laki-laki dan Perempuan yang melihat hal itu pun meminta izin pada si Bunda untuk pergi ke Lili’ Ritennga untuk mencari alat tenun yang bagus untuk sang Bunda sekaligus menemui sang kakak yang telah menjadi Pampawa di Lili’ Riase’. Sesampainya di Lili Ritennga, mereka mendapati para penghuni Lili’ Rittennga yaitu para Tumaradeka melakukan diskusi yang juga dihadiri oleh Pak Beo yang merupakan penghuni Lili’ Riase’ yang menyamar dan menyembunyikan baju kerajaannya untuk mengetahui keadaan di Lili Ritennga.
Para penghuni Lili’ Rase’ yaitu pampawa, Bu Sekretaris, serta Dan Robot memantau kegiatan para Tumaradeka melalui monitor. Pak Beo yang telah kembali baru menyadari bahwa baju kerajaannya hilang. Laki-laki dan Perempuan yang menemukan baju tersebut mendatangi Lili’ Riase’ untuk mengembalikannya. Pampawa yang merupakan orang yang memiliki jabatan tertinggi di tempat itu yang juga merupakan kakak dari keduanya menawarkan baju yang sama kepada saudara-saudaranya, namun mereka menolaknya. Walau penghunni Lili’ Riase yang lain merasa tersinggung, tapi Pampawa melarang mereka untuk bertindak.
Pak Beo kemudian menjuntai tali ke Lili’ Ritennga dan ditangkap oleh Bung Ampa’ yang tiba-tiba menjadi kebanci-bancian sesampainya di Lili’ Riase’. Pak Beo yang kembali menjuntai tali, berhasil menjerat I Calaba juga, namun gagal menjerat Tumaradeka 1 dan 2. Pak Beo kemudian melakukan penataran terhadap dua penghuni baru Lili’ Riase’ tersebut. Pampawa sendiri mengajak Bu Sekretaris untuk mencari penyegaran di gedung kesenian untuk memunculkan opini publik bahwa Pampawa selalu membuka pintu untuk dikritik. Adapun para Tumaradeka yang memperhatikan situasi di Lili’ Riase’ mengetahui penghianatan Bung Ampa’ dan I Calaba. Diwakili oleh Tumaradeka 1 dan 2, mereka mendatangi Lili’ Riase’. Sesampainya di sana mereka disemprot dengan parfum dan sesaat setelah itu Tumaradeka 1 dan 2 mengambil tali dan menjerat leher Bung Ampa’ dan I Calaba dengan alasan bahwa mereka mencintai temannya, dan kematian dapat menjadi akhir dari konfik.
Bu Sekretaris dan Pampawa yang akhirnya sampai di gedung kesenian menyadari bahwa actor pertunjukan teater yang mereka tonton  adalah mereka sendiri dan semua penduduk bumi yang lain termasuk para penghuni ketiga wilayah Lili’. Bu Sekretaris yang merasa semuanya menjadi kacau menyuruh Tumaradeka 1 dan 2 untuk bertanggung  jawab. Sebelum bertanggung jawab, mereka meminta agar diizinkan untuk memakamkan Bung Ampa’yang tidur nyenyak dan akhirnya meninggal, karena bagaimanapun Bung Ampa’ adalah sahabat mereka. Setelah selesai memakamkan Bung Ampa’ Tumaradeka 1 dan 2 kembali ke Lili’ Riase’ kemudian terdorong ke bawah dan melekat di sarang laba-laba. Di Lili’ Riawa, sang Bunda tetap berusaha menenun meski harus mengurai dari awal dan memulainya kembali.
Bu Sekretaris yang kembali mejangkau tali ke Lili’ Ritennga tidak berhasil menjerat seorang pun. Dia akhirnya berinisiatif untuk melakukan diskusi dengan para Tumaradeka yang dilakukan di Lili’ Ritennga, tapi tidak berjalan sesuai keinginannya. Laki-laki dan Perempuan yang berusaha memberikan solusi, malah dikira memihak pada penghuni Lili’ Riase’. Akhirnya penghuni Lili’ Ritennga terbagi menjadi dua suara, yang setuju dengan solusi Laki-laki dan Perempuan dan yang tidak setuju. Kedua kelompok malah bersiap untuk melakukan pertempuran. Bunda yang akhirnya menyelesaikan tenunannya mendatangi Lili’ Ritennga dan menjelaskan tentang enam tanda runtuhnya sebuah negara yang tertulis pada kain tenunannya. Bu Sekretaris yang memperhatikan hal tersebut merasa bahwa mereka perlu berindak, namun Pampawa tidak bereaksi. Dan Robot sendiri tiba-tiba meloncat ke Lili’ Riase’ tapi dicegah oleh Bu Sekretaris dan Pak Beo. Dan Robot melepaskan tembakan dan membuat Bu Sekretaris melengket di sarang laba-laba. Sesampainya di Lili’ Riase’ Dan Robot dan Pak Beo saling berjabat tangan, namun detik berikutnya mereka saling berebut kursi emas. Dan Robot memenangkan pertarungan itu setelah menghujamkan badik ke tubuh Pak Beo.
Pamapawa sendiri yang galau bertanya pada Bunda apakah masih ada ampunan untuknya dan  Bunda memberitahukan caranya. Sedangkan Dan Robot yang sudah merasa menang, terus menerus melakukan pidato, namun tidak ada yang mendengarkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar