Drama Manusia-Manusia
Perbatasan berlokasi di tiga tempat, yaitu Lili’ Riawa, Lili’ Ritennga, dan
Lili Riase’. Di Lili’Riawa Bunda sedang menenun sepotong kain, namun tenunannya
selalu putus. Kedua anak Buda Laki-laki dan Perempuan yang melihat hal itu pun
meminta izin pada si Bunda untuk pergi ke Lili’ Ritennga untuk mencari alat
tenun yang bagus untuk sang Bunda sekaligus menemui sang kakak yang telah
menjadi Pampawa di Lili’ Riase’. Sesampainya di Lili Ritennga, mereka mendapati
para penghuni Lili’ Rittennga yaitu para Tumaradeka melakukan diskusi yang juga
dihadiri oleh Pak Beo yang merupakan penghuni Lili’ Riase’ yang menyamar dan
menyembunyikan baju kerajaannya untuk mengetahui keadaan di Lili Ritennga.
Para penghuni Lili’
Rase’ yaitu pampawa, Bu Sekretaris, serta Dan Robot memantau kegiatan para
Tumaradeka melalui monitor. Pak Beo yang telah kembali baru menyadari bahwa
baju kerajaannya hilang. Laki-laki dan Perempuan yang menemukan baju tersebut
mendatangi Lili’ Riase’ untuk mengembalikannya. Pampawa yang merupakan orang
yang memiliki jabatan tertinggi di tempat itu yang juga merupakan kakak dari
keduanya menawarkan baju yang sama kepada saudara-saudaranya, namun mereka
menolaknya. Walau penghunni Lili’ Riase yang lain merasa tersinggung, tapi
Pampawa melarang mereka untuk bertindak.
Pak Beo kemudian
menjuntai tali ke Lili’ Ritennga dan ditangkap oleh Bung Ampa’ yang tiba-tiba
menjadi kebanci-bancian sesampainya di Lili’ Riase’. Pak Beo yang kembali
menjuntai tali, berhasil menjerat I Calaba juga, namun gagal menjerat
Tumaradeka 1 dan 2. Pak Beo kemudian melakukan penataran terhadap dua penghuni
baru Lili’ Riase’ tersebut. Pampawa sendiri mengajak Bu Sekretaris untuk
mencari penyegaran di gedung kesenian untuk memunculkan opini publik bahwa
Pampawa selalu membuka pintu untuk dikritik. Adapun para Tumaradeka yang
memperhatikan situasi di Lili’ Riase’ mengetahui penghianatan Bung Ampa’ dan I
Calaba. Diwakili oleh Tumaradeka 1 dan 2, mereka mendatangi Lili’ Riase’.
Sesampainya di sana mereka disemprot dengan parfum dan sesaat setelah itu
Tumaradeka 1 dan 2 mengambil tali dan menjerat leher Bung Ampa’ dan I Calaba
dengan alasan bahwa mereka mencintai temannya, dan kematian dapat menjadi akhir
dari konfik.
Bu Sekretaris dan
Pampawa yang akhirnya sampai di gedung kesenian menyadari bahwa actor pertunjukan
teater yang mereka tonton adalah mereka
sendiri dan semua penduduk bumi yang lain termasuk para penghuni ketiga wilayah
Lili’. Bu Sekretaris yang merasa semuanya menjadi kacau menyuruh Tumaradeka 1
dan 2 untuk bertanggung jawab. Sebelum
bertanggung jawab, mereka meminta agar diizinkan untuk memakamkan Bung
Ampa’yang tidur nyenyak dan akhirnya meninggal, karena bagaimanapun Bung Ampa’
adalah sahabat mereka. Setelah selesai memakamkan Bung Ampa’ Tumaradeka 1 dan 2
kembali ke Lili’ Riase’ kemudian terdorong ke bawah dan melekat di sarang
laba-laba. Di Lili’ Riawa, sang Bunda tetap berusaha menenun meski harus
mengurai dari awal dan memulainya kembali.
Bu Sekretaris yang
kembali mejangkau tali ke Lili’ Ritennga tidak berhasil menjerat seorang pun.
Dia akhirnya berinisiatif untuk melakukan diskusi dengan para Tumaradeka yang
dilakukan di Lili’ Ritennga, tapi tidak berjalan sesuai keinginannya. Laki-laki
dan Perempuan yang berusaha memberikan solusi, malah dikira memihak pada
penghuni Lili’ Riase’. Akhirnya penghuni Lili’ Ritennga terbagi menjadi dua
suara, yang setuju dengan solusi Laki-laki dan Perempuan dan yang tidak setuju.
Kedua kelompok malah bersiap untuk melakukan pertempuran. Bunda yang akhirnya
menyelesaikan tenunannya mendatangi Lili’ Ritennga dan menjelaskan tentang enam
tanda runtuhnya sebuah negara yang tertulis pada kain tenunannya. Bu Sekretaris
yang memperhatikan hal tersebut merasa bahwa mereka perlu berindak, namun
Pampawa tidak bereaksi. Dan Robot sendiri tiba-tiba meloncat ke Lili’ Riase’
tapi dicegah oleh Bu Sekretaris dan Pak Beo. Dan Robot melepaskan tembakan dan
membuat Bu Sekretaris melengket di sarang laba-laba. Sesampainya di Lili’
Riase’ Dan Robot dan Pak Beo saling berjabat tangan, namun detik berikutnya
mereka saling berebut kursi emas. Dan Robot memenangkan pertarungan itu setelah
menghujamkan badik ke tubuh Pak Beo.
Pamapawa sendiri yang
galau bertanya pada Bunda apakah masih ada ampunan untuknya dan Bunda memberitahukan caranya. Sedangkan Dan
Robot yang sudah merasa menang, terus menerus melakukan pidato, namun tidak ada
yang mendengarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar